Daftar Blog Saya

Sabtu, 12 Maret 2011

# Goresan Kisah Ku (Bag.II) #

Sms hari itu berlanjut hingga malam seperti hari pertama. Kujalani hari-hari dengan iringan smsnya yg selalu membuat ku semakin bersemangat menunggu hari-hariku selanjutnya. Ku bisa yakin bahwa sms itu bukan hanya sekedar sms biasa baginya. Hari demi hari kujalani dengan hati yg berbunga, terkadang ada rasa khawatir,mengapa dia terlambat mengirimkan smsnya, apakah dia telah bosan membalas sms dariku, dan sebagainya.

      Hari berganti minggu. Dua minggu setelah sms pertama darinya, kami bertemu di kampus tempatku kuliah yg merupakan kampus tempat dia menyelesaikan S1 nya dulu. Dia menyempatkan diri datang untuk menjemputku. Ada perasaan senang, takut, grogi,, ahh  pokoknya bercampur aduk saat itu. Ada perasaan bingung ,bagaimana cara mengisi pertemuan itu. Namun ia adalah orang yg mampu mencairkan suasana. Akhirnya kami habiskan hari itu dengan perbincangan yg tak terarah namun tetap berkesan. Sejak awal bertemu hingga akhirnya kami berpisah hari itu, jantungku tak lelah berdebar kencang. Bahkan semakin lama semakin hebat debarannya. Hatikupun semakin terisi oleh namanya. Telingaku berusaha mengenali melodi suaranya. Hidungku mulai hafal bau harum tubuhnya. Dan tubuhku yg semula gemetaran semakin lama semakin merasakan kenyamanan karena sikapnya yg begitu hormat dan seakan menjaga diriku. Pembawaan sikapnya itu membuatku menempatkan dirinya menjadi kandidat pertama yg ku inginkan menjadi Abi dari putra dan putriku yg sholeh.


 Minggu berganti bulan. Selama itu kami selalu berkirim sms. Rasanya tak bosan membaca setiap tulisannya. Rasanya jariku tak pernah lelah membalas setiap pesannya. Hati dan pikiranku tak lelah menanti setiap perhatiannya.

      Pada bulan ke tiga terjalinnya hubungan tanpa status ini, aku mulai merasakan ketidaknyamanan. Aku merasakan bahwa hubungan seperti ini tak ada ujungnya. Aku mulai membatasi keinginanku membalas pesan2nya. Meskipun rasanya berat menahan keinginan itu, tapi aku harus melakukannya. Agar terlihat sebuah kepastian dari dirinya terhadap hubungan ini. Asakupun terbalas, rupanya ia menyadari perubahan itu. Suatu hari Abi menanyakan apakah aku sudah siap menjalin hubungan yg halal dengan seseorang. Kujawab pertanyaannya dengan penuh keyakinan,

"Abi...sebuah pernikahan itu bukan masalah siap atau tidak siap,tapi masalah berani atau tidak berani." ku berusaha jelaskan pendapatku padanya
 " Kalo gitu.. lena udah berani atau belom?" tanyanya lagi berusaha memastikan
 "Kalo pertanyaan yg sama aq ajukan ke abi,,abi jwb apa?" tanyaku balik seraya memperhatikan ekspresi wajahnya"
 " Ditanya ko' malah balik nanya ya,,tapi mank aq yg akan jadi imam sich,,jadi aq yg harus mulai kan,," ungkapnya seakan sadar akan maksud ucapanku.
 "abi dah berani ummi...makanya abi nanya sama ummi,, :p " lanjutnya lagi.Sejenak ku terbuai oleh panggilan itu, panggilan yg begitu indah terdengar di telingaku.
 "aq dah berani seandainya ada yg bersedia menjadi imamku,, heee" jawabku berusaha meyakinkannya namun tanpa mengesankan bahwa dia orang yg aku maksud,,meskipun sebenarnya tetap terdengar begitu.
 "Alhamdulillah,,,klo gitu siap2 aja ya na,, hehee" balasnya lagi yg kali ini membuat aku penasaran akan kata-kata nya itu

      Setelah sms hari itu, jantungku kembali berdebar. Benarkah dia akan melamarku, kapan , gimana,,pertanyaan itu terus membayangi hari-hariku. Dua minggu setelah obrolan itu, Abi meneleponku dan berkata bahwa ia dan keluarganya akan ke rumah. Mereka berencana akan memintaku kepada orang tuaku. Seketika itu aku segera melakukan sujud syukur atas anugrah yg di limpahkan padaku. Kemudian aku melompat kegirangan di kamar yg tak ada orang selain aku.

      Tiga hari setelah telepon itu, Abi dan keluarga tiba di rumahku. Aku di khitbah oleh Abi hari itu. Tak terasa air mataku menetes,,ungkapan rasa syukur karena laki2 pertama yg menorehkan kisahnya bersamaku akan benar2 menjadi imamku. Kulirik Abi yg berada di dekat ayahnya, ku dapati ada air jernih yg menetes dari pelupuk matanya. Aku semakin bersyukur atas ketulusan yg ia persembahkan hari itu.

 Hari ini tepat hariku menjadi permaisuri baginya. Dan Abi menjadi raja dalam kerajaan yg akan segera kami bangun menjadi kerajaan yg makmur dan penuh berkah dari Nya. Hari ini....hari dimana kutorehkan tinta bersama air mata kebahagiaan dalam menulis kisah indahku.

geudeul-i naleul jiltu nage ....
gwangyeissneun sin-eulo sijaghaessda.
 


2 komentar: