Daftar Blog Saya

Senin, 21 Februari 2011

# kaka'.......Cinta Pertamaku! (Bag.III) #

Rin melangkah lunglai menuju rumah,saat itu ia bertemu Ayah yg hendak pulang karena Ibu telah tertidur.
"Selamat malam sayang..." ucap Ayahnya seraya mengusap kapalanya dengan penuh kasih sayang kemudian berlalu.
"apalagi yg membuatmu tidak bersyukur,sejak awal yg kamu minta hanyalah seorang Ayah..bukan kekasih.Sekarang doamu terkabul,,masih pantaskah kamu sedih,," hujatnya pada dirinya sendiri.

Di dalam kamar terlihat wajah Rin yg merah padam karena menahan tangisannya. pertama kalinya dia merasakan cinta dan segera di susul dengan sakit yg luar biasa,namun tak ada tempat tuk mengadu. Namun sekali lagi dia harus kuat,demi senyum tulus Ibu yg lama tak berbinar. Demi kebahagiaan Ibu yg telah lama terenggut oleh kepergian Ayah yg tiba-tiba. Dan demi kebebasan ibu yg telah terenggut oleh penyakit yg di deritanya.Rin harus berkorban kali ini demi pengorbanan Ibu selama ini.


Keadaan pada hari selanjutnya tetap seperti biasa. Pagi hari saat berangkat ke sekolah Rin diantarkan Rian dan ketika pulang sekolah di jemput. Hanya saja perbedaannya sekarang meraka menggunakan mobil pribadi milik Rian.Setiap hari Rin harus menahan perasaan cinta yg tak boleh terucap.Setiap hari berada di sampingnya,namun tak boleh berharap.Setiap hari mendapatkan kasih sayang dan perhatian yg semakin menyiksa.Setiap hari harus tersenyum dan bahagia yg bercampur dengan duka.

Hari itu mereka menyempatkan diri untuk makan siang di luar . Rian membuka pembicaraan dengan membahas tentang penikahan Ibu dan Ayah yg tinggal 2 hari lagi.
"persiapan sudah selesai.." ucapnya seraya menghabiskan minumannya kemudian memesannya lagi
"lusa akan jadi hari yg sangat istimewa untuk orang tua kita..dan aku akan jadi kaka' yg paling beruntung memiliki adik semanis ini.." ucapnya seraya mencubit pipi Rin dengan lembut
" iya .." ucap Rin singkat lalu melihat ke arah jendela agar matanya yg berkaca tidak tampak jelas oleh kaka'nya
" aku akan berusaha menjadi kaka' yg terbaik.." timpal Rian dengan tatapan kosong
" aku tidak ingin kau menjadi kaka' yg baik,aku ingin kau menjadi jahat padaku..itu membuat aku akan lebih mudah melupakan perasaan ini.." bathin Rin seraya menahan air mata yg semakin ingin bebas


Sore hari mereka tiba di rumah. Namun tak ada yg menjawab ketika mereka melontarkan salam seperti biasa.
" Ibu.." panggil Rin
" Ibu.." Rin semakin panik
" Ibu..." sekarang air matanya mengalir deras. Ada perasaan menyakitkan yg tiba-tiba menyerangnya.
" Tenang Rin, kita hubungi Ayah ya.. mungkin mereka sedang keluar.." ucap Rian menenangkan Rin yg semakin kalut.

Benar saja perasaan Rin. Ternyata siang tadi sakit Ibu kambuh lagi dan segera di larikan ke Rumah Sakit. Rian memacu kendaraannya secepat mungkin. Rin terlihat sangat tegang di sampingnya. Tak henti-hentinya membaca doa dan mendekap erat tas bawaannya.

Sesampainya di Rumah Sakit,mereka mendapati Ayah yg sedang duduk termenung di depan kamar rawat Ibu. Rin masuk tanpa menyapa Ayah yg menatapnya sayu. Yang Rin tau, dia ingin segera bertemu Ibu.
" Ibu.." panggilnya pelan seraya mengecup kening Ibu yg tertidur lelap
" Ibumu sudah lebih baik" ucap Ayah sambil melangkah  memasuki kamar Ibu

Rin duduk termenung tanpa melepaskan pandangannya dari wajah pucat Ibunya.Dia sadar cepat atau lambat ini akan terjadi.Siap atau tidak siap, dia akan kehilangan Ibunya. Namun selama apapun persiapan yg telah ia lakukan, rasanya tidak akan pernah cukup untuk menghadapi saat perpisahan itu.

Pada malam ke-2 Ibu di rawat, mereka melakukan perundingan di ruang dokter yg menangani Ibu.Atas pertimbangan dan masukan dari dokter, mereka akhirnya sepakat agar pernikahan Ibu dan Ayah di lakukan di Rumah sakit.
Hari itupun tiba,semua sudah di persiapkan oleh Rian. Hanya tinggal mengucapkan ijab qobul saja.Semua keluarga yg memang hanya kami berdua dan beberapa sahabat Ayah dan Ibu berkumpul di ruangan itu.Mendengarkan Ayah mengucapkan kalimat sakral itu, air mata Rin mengalir deras.Merasa kasihan melihat keadaan Ibunya yg tak berdaya, sekaligus bahagia melihat ada sosok pria yg sangat mencintai Ibu begitu dalam. Dan  menahan  perasaan yg lambat laun harus Rin musnahkan pada pria yg pada hari itu resmi menjadi kaka'nya. Rin mampu tersenyum lebar hari itu , melihat ada binar indah terpancar dari mata sang Ibu.Senyum Ibu merekah saat menatap suami yg sejak dulu ia cintai namun baru sekarang dapat bersatu.

Dua hari berlalu dari hari bahagia itu. Saat ini mereka berempat  sudah seatap. Rin mendapatkan kamar yg luar biasa indah,yg menjadi kamar impiannya saat duduk di sekolah dasar. Mendapat perhatian dan kasih sayang dari kedua ornag tua. Dan perlakuan yg lembut dari seorang kaka',namun selalu berubah menyakitkan.
Pagi itu Rin bangun agak terlambat, hari itu ia belum masuk sekolah. Dia mengetuk pintu kamar orang tuanya.Namun yg terdengar adalh isak tangis seorang pria yg tak lain adalah Ayahnya. Tanpa menunggu jawaban,Rin masuk ke kamar itu. Dan mendapati Ayah sedang menangis di samping Ibu yg hanya tinggal jasadnya saja. Rin tak mampu menangis, tak mampu menggerakkan kakinya, tak mampu melakukan apapun. Kemudian hanya jatuh lemas tak berdaya. Tak mampu berpikir apapun. Hanya terdiam memandangi wajah Ibunya yg tega meninggalkannya tanpa pamit lebih dulu. Rin ikut menyaksikan Ibu pergi ke peristirahatan terakhirnya,namun dengan pandangan dan perasaan yg kosong. Hanya jasad Rin saja yg ada di sana , jiwanya telah entah kemana saat itu. Di sebelahnya Rian setia menemani dan memapahnya serta memberi kekuatan pada Rin. Namun itu tak berpengaruh apapun saat itu. Yang dia tau,sekarang ia hanya tinggal sendiri di tengah padang pasir dan tak mampu melakukan apapun tanpa Ibunya.

Tiga hari berlalu. Rin semakin dapat menerima keadaannya dengan dukungan Ayah dan Kaka' yg menyayanginya. Hari itu dia memasak untuk makan siang Ayahnya. Selesai mempersiapkan makan siang,ia menuju kamar Ayah untuk memanggilnya. Tapi Ayah terlihat sedang menahan sakit di dadanya. Rin panik dan segera menghubungi Rumah Sakit. Dalam perjalanan menuju Rumah sakit, Ayah menghembuskan nafas terakhirnya karena serangan jantung. Rin terpukul untuk kesekian kalinya. Kehilangan yg menyakitkan datang bertubi-tubi di usianya yg masih sangat muda.

Malam itu, pertama kalinya Rin melihat Kaka'nya menangis. Rin mengerti perasaan yg sedang melanda  orang yg di cintainya itu. Dia tidak boleh menangis kali ini, dia akan jadi penguat untuk Kaka'nya. Malam itu di mendekap Kaka'nya yg sedang lelah jiwanya.
" Rin akan jadi adik yg baik ka'.." ucapnya
" Kaka' g sendiri...kita berdua, dan bisa saling menguatkan.." tambahnya lagi.

Tiga minggu berselang sejak hari itu, Rin mulai mampu menganggap Rian sebagai Kaka'nya.Meski rasa cintanya masih sangat besar. Namun ia sadar kalau dia tidak pantas memelihara cinta itu.
Hari itu dia bersiap-siap  memenuhi permintaan Kaka'nya untuk menemaninya ke reuni Kampus. Dia ingin tampil sebaik mungkin agar tidak membuat malu Kaka'nya yg merupakan mahasiswa terbaik pada masanya.Alhasil dia mendapatkan pujian dari Rian yg terpesona saat melihat Rin keluar dari kamarnya.
" wow..adik manisku hari ini berubah menjadi gadis cantik yg mempesona.." pujinya seraya mempersilahkan Rin keluar rumah lebih dulu. Rin tersenyum tersipu saat itu hingga pipinya memerah.

Acara hari itu berlangsung meriah. Namun hari hampir tengah malam,Rin merasa sangat ngantuk. Dia berjalan mencari Kaka'nya yg sejak setengah jam yg lalu entah ada di mana. Dan dia menemukannya sedang berbincang dengan temannya. Rin baru saja akan memanggilnya , namun tak jadi ketika mendengar ucapan dari teman Kaka'nya itu.
" Yan..apa kamu sanggup menjalani ini.." ucapnya seraya menatap wajah Rian untuk memastikan ekspresi temannya itu.
" ngga mudah hidup dengan wanita yg kamu cinta tapi g boleh mencintainya, apalagi memilikinya.." tambahnya lagi
Rin terjatuh ketika mendengar kalimat kedua itu. Ia merasakan tubuhnya tak bertulang, air matanya kembali mengalir. Selama ini dia hanya berpikir dialah yg paling sakit akibat takdir ini, tanpa dia sadari ada Kaka' yg selalu tersenyum ikhlas meskipun perih terasa di hatinya. Selalu mampu memberi kasih sayang yg tulus, tanpa ingin siapapun tau bahwa ia merasakan sakit yg dalam.

Betapapun sakitnya,namun peran harus tetap di jalankan sebaik mungkin.
" Rin akan tetap jadi adik yg baik Ka'.." gumamnya seraya menatap Rian dari jauh

Di tempat lain Rian menjawab temannya dengan yakin.
" Aku mampu menjadi Kaka' yg baik untuknya." seraya mengembangkan senyum tulusnya.


Tercipta , April 2007
Pondok Kopi _ Duren Sawit - JakTim

Rin Namora

Tidak ada komentar:

Posting Komentar