Daftar Blog Saya

Senin, 21 Februari 2011

# kaka'.......Cinta Pertamaku! (Bag.II) #

Lima hari berturut-turut Rin menunggu,tapi pria itu tidak pernah terlihat lagi.Rin hampir putus asa.Namun Rin memutuskan untuk menunggu di hari yg ke enam
"semoga saja.." doanya seraya memejamkan ke dua matanya

Jam di lengannya sudah menunjukkan angka 7.30,artinya Rin sudah sangat terlambat untuk ke sekolah.Rin memutuskan untuk tetap di sana sampai ia benar-benar bosan.

"ini udah hari yg ke-6,ahh...aku benar-benar bodoh yah,," sesal Rin dalam hati.Dia merasa telah bertindak bodoh dengan menuruti kata hatinya.Beberapa hari ini dia sudah lalai dalam memperhatikan kesehatan Ibunya karena terlalu sibuk memikirkan pria itu.Dia merasa terlalu egois telah memikirkan diri sendiri.Selama ini memang hanya Rin yg selalu memperhatikan semua keperluan Ibunya,termasuk segala yg berkaitan dengan kesehatan Ibu.Namun karena kesibukannya akhir2 ini jangankan untuk memperhatikan Ibu,mengecup keningnyapun terkadang terlupakan.

Tak terasa air mata menetes dari mata sayunya,semakin lama semakin deras.Dia bahkan tak tau kenapa air mata itu menetes.Karena kelalaiannya dlm memperhatikan Ibunya...atau karena kekecewaannya tak dapat menemui pria yg telah berhasil menempatkan diri dalam hati Rin yg selama ini hanya ada Ibu.


"kenapa nangis..?" terdengar tanya dari suara seorang pria
Rin tersentak seraya mendongakkan kepala ke arah sumber suara itu.Kemudian tangisnya semakin keras ketika melihat pria yg berada tepat di hadapannya sekarang.
" hey..hey..ko' malah tambah nangis adik kecil.." tanya pria yg ternyata adalah pria yg di tunggu oleh Rin dengan wajah yg  terlihat kebingungan ketika Rin semakin histeris
" ada yg mengganggumu ya..?" tanyanya lagi mencoba untuk menenangkan Rin seraya mengelus rambut panjang Rin yg tergerai indah
Rin mulai dapat mengontrol emosinya lalu memjawab pria itu dengan menggelengkan kepalanya
" lalu kenapa kamu nangis..?" tanya pria itu
"siapa namamu..?" bukannya menjawab,Rin malah balik bertanya pertanyaan yg membuat pria itu mengernyitkan dahinya kemudian mempersembahkan senyum terindah yg belum pernah Rin lihat sebelumnya.


"ayo..aku antar pulang..." pria itu berkata seraya menggenggam erat tangan Rin
seakan tersadar berkata terlalu lancang Rin meminta maaf padanya
"maaf y ka'..pasti kedengaran aneh ya.." Rin berkata dengan wajah tertunduk malu.
Tak pernah ia seberani ini sebelumnya.apalagi terhadap seorang pria yg sama sekali tak di kenalnya.Dia merasa telah menjatuhkan harga dirinya di depan pria itu.Dan berpikir bahwa pria itu pasti menganggapnya wanita tak tau malu.Ingin rasanya dia berlari sekencang mungkin hingga tak terlihat lagi oleh pria itu.Namun ia teringat betapa lamanya ia berharap akan pertemuan ini.Lama ia terdiam sebelum memberanikan diri lagi tuk membuka pembicaraan
"kalau kaka' g keberatan..aku ingin tau nama kaka'.." ungkapnya
"namaku Rian,tapi panggil aku seperti kamu memanggil aku saat ini.." pintanya dengan senyuman yg  membuat Rin semakin menyukainya
"owh..namaku Rin.." Rin menyebutkan namanya meskipun tak di tanya oleh Rian
"aku udah tau.." Rian menjawab santai namun membuat Rin sangat terkejut
"ko' bisa..?" tanya Rin heran
"dari buku yg kamu genggam saat pertemuan pertama kita" ucap Rian menjelaskan bahwa dia sudah mengenal Rin sebelumnya
"hmm... " Rin mendehem seraya tersenyum

Lama mereka berbincang-bincang mulai dari kegiatan sehari-hari mereka sampai cerita kenapa Rin bisa sampai di tempat itu.Rin merasa sangat nyaman saat berada di samping Rian.Dia merasa terlindungi oleh sosok yg sangat hangat.
Setiap hari mulai hari itu,mereka selalu bertemu di bis pada pagi hari,dan pada siang harinya Rian sudah menunggu Rin di depan sekolahnya agar bisa mengantar Rin pulang.Begitu terus sampai hari ke-11 pertemuan mereka.Rin tidak masuk sekolah pada hari itu karena penyakit Ibunya kambuh.
"Bu..kita ke rumah sakit ya.." bujuk Rin pada Ibunya.
"ngga perlu Rin..Ibu cuma kecapean aja ko'.." ucap Ibu menenangkan Rin namun tak berpengaruh apa-apa terhadap Rin
"pokoknya harus.." Rin belum sempat menyelesaikan kata-katanya namun terdengar ada yg mengetuk pintu.
Rin membuka pintu dan melihat ada seorang pria yg berpenampilan seperti dokter.
"bagaimana keadaan Ibumu..?" tanya pria itu seakan telah mengenalnya
"masih mengkhawatirkan,maaf...anda ini siapa ya..?" tanya Rin dengan polos
Pria itu hanya tersenyum dan berjalan menuju pintu kamar Ibunya.Rin menyusul di belakangnya dengan wajah heran.Sampai di kamar,betapa terkejutnya Rin ketika mendapati pria itu mengecup kening Ibu dengan lembut.dan Ibu menyambutnya dengan tersenyum.
"sebenarnya apa yg terjadi,Rin g ngerti..?" tanya Rin pada Ibu,berharap Ibu akan menjelaskan semuanya
"Beliau ini seorang dokter,jadi Rin g perlu bawa Ibu ke rumah sakit lagi ya.."ucap Ibu sambil melakukan apa yg di perintahkan pria itu pada Ibu.
"iya..dokter sich..tapi ko'.." Rin tak melanjutkan kata-katanya
"Dokter ini adalah calon ayahmu.." Ibu melanjutkan seakan tau apa maksud perkataan Rin tadi
Rin hanya membelalakkan mata saat mendengar pengakuan Ibu.Kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya menandakan ketidakpercayaannya.

Selama ini Rin memang tidak pernah tau bahwa ibu memiliki seorang kekasih.Namun Ibu pernah bercerita tentang seorang pria yg menjadi cinta pertamanya,tapi tidak bisa bersama karena tak ada restu dari orang tua pria itu.Dan dokter itu adalah pria yg menjadi cinta pertama Ibu.Istrinya telah meninggal beberapa tahun yg lalu.Dan alasan Ibu pindah ke sini adalah dokter itu.Dokter itu bilang,akan lebih mudah mengontrol kesehatan Ibu jika kami berada dekat dengannya.Dan Rin menerima alasan itu.Sudah lama Rin ingin melihat ada binar yg keluar dari mata Ibu,dan dia melihat itu saat dokter itu berada di samping Ibu.

Setelah keadaan Ibu membaik,mereka berencana untuk makan malam bersama sekaligus membicarakan  rencana pernikahan Ibu dan dokter yg sekarang telah di panggil Ayah oleh Rin.Saat itu seluruh keluarga akan berkumpul.Dan hari itu akan menjadi hari pertama Rin bertemu dengan calon saudaranya.Rin mempersiapkan semuanya dengan baik,menata ruangan agar terlihat lebih romantis sampai memasak hidangan yg nikmat.

"tok..tok..tok.." suara ketukan pintu terdengar sayup dari ruang makan
"Rin..." panggil Ibu menandakan bahwa tamu yg di tunggu telah datang
Rin segera berlari keluar dan melihat dua orang pria yg sangat berkarisma.Namun...senyum yg tadinya begitu mengembang dari wajah manis Rin tiba-tiba hilang ketika melihat pria yg akan menjadi saudaranya adalah pria yg sangat di cintainya.Tapi takut kebahagiaan Ibu pada malam itu hilang,dia berusaha untuk mengembangkan senyumnya lagi.Begitupun dengan Rian,sempat terkejut melihat kenyataan yg ada.Namun akhirnya mampu menguasai perasaannya.

"ini loch kaka'mu.." ibu mengenalkan Rian pada Rin.rin tersenyum seraya berkata
"kami udah kenal bu,bertemu di bis beberapa kali.." seraya menatap wajah Rian yg menganggukkan kepalanya pertanda membenarkan perkataan Rin.
"owh..bagus dong.." ucap ibu
"tunggu.." potong Ayah dengan nada yg agak di naikkan
semua mata tertuju pada Ayah menunggu klalimat berikutnya yg akan di ucapkan Ayah
"bukannya kamu naik mobil kalau mau ke kampus...?" tanya Ayah pada Rian
"menghindari macet..jadi beberapa hari tidak menggunakan mobil.." jawab Rian santai seperti biasa

Makan malampun di mulai.Hidangan yg begitu lezat tak mampu di telan oleh Rin.Dia hanya menunduk menahan air mata yg tak mau bekerja sama.sesekali ikut tertawa mendengar canda tawa Ibu dan Ayah.Sesekali pula melirik ke arah Rian yg terlihat santai seperti biasa.Rin tak mampu berpikir apapun malam itu,diskusi rencana pernikahanpun telah selesai,namun Rin tidak tau keputusan apa yg telah ikut disepakatinya bersama orang tua dan kaka' barunya.Rian pamit lebih dulu karena Ayah menunggu Ibu tertidur terlebih dahulu baru kemudian pulang.Rin mengantarnya sampai halaman rumah,sementara Ayah bersama Ibu di dalam rumah.

Mereka hanya terdiam sampai akhirnya tiba di pagar rumah, Rian mulai membuka pembicaraan
" sampai di sini aja..udah masuk sana" ucapnya tanpa menatap Rin
Rin serasa tak kuat berdiri lagi menahan perasaannya.Dia jongkok dan memasukkan wajahnya di pangkuannya.Tau akan perasaan yg di rasakan adiknya itu,Rian mengelus rambut Rin kembali dan berkata..
"mereka terlihat bahagiakan...adikku.." ucapnya yg semakin mengiris hati Rin,seraya melangkah meninggalkan Rin

Rin menatap Rian berlalu tanpa menoleh lagi.Saat itu banyak yg terlintas di benaknya.Benarkah sejak awal dia hanya menggapku adik?,ataukah dia memiliki perasaan yg sama denganku?,tapi kenapa dia bisa bersikap setengan itu?..Lama ia berdiri dan akhirnya memutuskan bahwa dialah yg selama ini menyimpan perasaan spesial terhadap Rian...tidak sebaliknya.
Rin melangkah lunglai menuju rumah,saat itu ia bertemu Ayah yg hendak pulang karena Ibu telah tertidur.
"Selamat malam sayang..." ucap Ayahnya seraya mengusap kapelanya dengan penuh kasih sayang kemudian berlalu.
"apalagi yg membuatmu tidak bersyukur,sejak awal yg kamu minta hanyalah seorang Ayah..bukan kekasih.Sekarang doamu terkabul,,masih pantasakah kamu sedih,," hujatnya pada dirinya sendiri.


Tercipta , April 2007
Pondok Kopi _ Duren Sawit - JakTim

Rin Namora

Tidak ada komentar:

Posting Komentar